Kamis, 28 Juli 2016

Kerajaan Ternate dan Tidore

KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE 

Kerajaan Ternate dan Tidore adalah dua dari empat kerajaan besar yang berdiri di Kepulauan Maluku. Bagaimanakah keberadaan Kerajaan Ternate dan Tidore? Bagaimanakah campur tangan Portugis dan Spanyol terhadap pemerintahan Kerajaan Ternate dan Tidore? Berikut penjelasannya.
Kerajaan Ternate dan Tidore adalah dua dari empat kerajaan besar yang berdiri di Kepulauan Maluku, selain Kerajaan Jailolo serta Kerajaan Bacan. Keempat kerajaan ini berdiri pada abad XIV dan berasal dari satu keturunan, yakni Jafar Sardik, seorang berkebangsaan Arab yang diyakini sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Letak geografis Kerajaan Ternate dan Tidore berpengaruh pada posisinya dalam perdagangan dunia saat itu. Terlebih, Kepulauan Maluku dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah terbesar. Hubungan dagang dengan sejumlah bangsa yang datang turut membantu persebaran agama Islam di daerah ini.
Di awal perkembangannya, Kerajaan Ternate dan Tidore terlibat pertempuran untuk memperebutkan wilayah. Hal ini dikarenakan dorongan dari bangsa asing yang masuk ke wilayah masing-masing. Portugis memilih untuk memihak Kerajaan Ternate, sementara Spanyol memihak Kerajaan Tidore. Perselisihan baru dapat terselesaikan atas campur tangan Paus dalam Perjanjian Saragosa yang mengatur bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sementara Portugis tetap berada di Maluku.
Pendudukan Portugis sendiri tidak berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Setelah pendirian Benteng Santo Paolo di Ternate, Portugis semakin sewenang-wenang memberlakukan monopoli dagang. Pada tahun 1575, lewat serangan yang disusun oleh Sultan Baabullah, Portugis berhasil dikalahkan dan diusir keluar Maluku.
Perkembangan Islam di Ternate dan Tidore telah berlangsung sejak abad XIII saat pusat perdagangan dunia berada di wilayah dimaksud. Saudagar-saudagar yang berasal dari Arab, India, dan Persia kerap datang untuk melakukan perdagangan sehingga akhirnya membentuk beberapa perkampungan pedagang yang memungkinkan mereka melakukan syiar Islam di Maluku, terutama Ternate dan Tidore.
1. KERAJAAN TERNATE
Ibukota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum, yang kemudian digantikan oleh putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau sekitar, bahkan hingga ke Filipina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah ia mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaan. Wilayah Kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate, bersama De Mesquita yang mewakili Portugis, melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah di bawah Kitab Suci Al-Qur’an.
2. KERAJAAN TIDORE
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081. Agama Islam masuk ke Kerajaan Tidore dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805), yang dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda pun kemudian dapat diusir dari Tidore dan Ternate, sementara Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar