Kamis, 28 Juli 2016

Kerajaan Perlak

KERAJAAN PERLAK 


Bagaimanakah berdirinya Kerajaan Perlak sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara? Bagaimanakah hubungan dinasti di Mesir dengan Kerajaan Perlak di Aceh? Berikut penjelasannya.
Kerajaan Islam di Indonesia berkembang pesat setelah era perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha. Banyaknya kontak dagang di Nusantara yang melibatkan pedagang-pedagang dari Persia, India, dan Arab adalah salah satu faktor yang mendukung menyebar luasnya ajaran Islam di Indonesia. Berbeda dengan ajaran Islam yang pertama kali masuk di Indonesia melalui Pulau Jawa, maka Kerajaan Islam pertama di Indonesia justru muncul pertama kali di Aceh.
Kerajaan Perlak adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Berdiri pada tahun 840-1292, Kerajaan Perlak berkembang lebih dahulu daripada Kerajaan Samudera Pasai yang sama-sama berlokasi di Aceh. Raja pertama Kerajaan Perlak adalah Sultan Alaidi Syed Maulana Abdul Azis Syah.
Kerajaan Perlak bermula dari negeri Perlak yang didatangi oleh Nakhoda Khalifah. Kedatangan mereka ditujukan untuk melakukan kegiatan dagang dan menyebarkan agama Islam. Pemimpin dan penduduk negeri Perlak kemudian meninggalkan agama lama mereka untuk berpindah ke agama Islam. Melalui perkawinan campuran dengan penduduk setempat, maka lahirlah pendiri dari Kerajaan Perlak.
Sebagai bentuk penghargaan kepada Nakhoda Khalifah, maka Sultan Alaidi Syed mengubah nama ibukota kerajaan dari semula bernama Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Sultan Alaidi Syed sendiri beraliran Syiah yang banyak disebarkan oleh para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia. Keberadaan kerajaan ini sempat mendapatkan ancaman dari Dinasti Mamuluk, Kerajaan Mesir, dengan penyerangan ke pantai timur Sumatera untuk melenyapkan pengikut Syiah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulanan Abbas Shah, aliran Islam Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya Sultan, terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni yang berakibat kosongnya jabatan Sultan selama 2 tahun. Peperangan dimenangkan oleh kaum Syiah dan memberikan tahta kerajaan kepada Sultan Alaiddin Syed Maulan sebagai pemimpin baru kerajaan. Pada akhir pemerintahan Sultan, kembali terjadi pertempuran antara kaum Syiah dan Sunni, namun kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehinga sultan-sultan berikutnya berasal dari golongan Sunni.
Pertikaian antara kaum Sunni dan Syiah berakhir ketika Kerajaan Perlak dikalahkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Keadaan perang mempersatukan kedua kaum yang dulu bertikai untuk kembali merebut kedaulatan dan mendudukkan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim sebagai sultan di Kesultanan Perlak. Di awal abad VIII, Kerajaan Perlak berkembang sebagai kota perdagangan yang sangat maju. Ini diikuti dengan maraknya perkawinan campuran antara para saudagar muslim dengan penduduk setempat. Sebagai dampak langsungnya adalah pesatnya perkembangan Islam di Indonesia.
Di masa Kerajaan Perlak, dilakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin, menikahkah dua orang puterinya dengan para pemimpin kerajaan tetangga. Mereka dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka dan Raja Kerajaan Samudera Pasai. Perkawinan dimaksud memiliki nilai penting dalam penyebaran Islam di Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu, sekaligus penyatuan Kerajaan Islam Perlak ke dalam Kerajaan Islam Samudera Pasai. Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Azis meninggal pada tahun 1292. Kerajaan Perlak kemudian bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan Sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir.
Beberapa bukti sejarah yang menerangkan tentang keberadaan Kerajaan Perlak, antara lain:
1) Mata Uang
Mata uang Perlak terdiri dari emas, perak, dan tembaga. Adanya peninggalan mata uang ini menunjukkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan kerajaan yang telah maju.
2) Stempel Kerajaan
Stempel kerajaan bertuliskan kalimat “Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512”. Kerajaan Negeri Bendahara adalah bagian dari Kerajaan Perlak.
3) Makam Raja
Ditemukan makam salah seorang Raja Benoa di tepi Sungai Trenggulon. Batu nisan makam tersebut bertuliskan huruf Arab. Benoa adalah bagian dari Kerajaan Perlak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar