Kamis, 28 Juli 2016

Kerajaan Kutai

KERAJAAN KUTAI

Bagaimanakah kehidupan masyarakat di masa Kerajaan Kutai? Bagaimanakah pencapaian Kerajaan Kutai selama masa berdirinya? Berikut penjelasannya.
Kerajaan Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Nusantara. Penamaan ‘Kutai’ sendiri sebenarnya adalah kesimpulan yang berasal dari ahli sejarah peneliti situs kerajaan ini. Nama asli dari kerajaan tidak diketahui karena tak disebutkan dalam berbagai prasasti yang ditemukan.
Kutai merujuk kepada tempat penemuan prasasti (yupa) peninggalannya di daerah Kutai. Kerajaan diperkirakan berada di daerah aliran sungai Mahakam, Tenggarong, Kalimantan Timur.
Sumber sejarah Kerajaan Kutai berasal dari penemuan tujuh prasasti dalam tujuh Yupa (tiang batu) yang menggunakan huruf Pallawa seperti bahasa Sansekerta yang banyak digunakan masyarakat India. Yupa adalah tiang batu, umumnya digunakan untuk menambatkan hewan yang akan dikorbankan. Dari tiang batu tersebut diperoleh informasi berhubungan dengan raja yang pernah memimpin, yakni: 
1. Kundungga, ialah raja pertama di Kutai, yang oleh para ahli sejarah, disebut sebagai orang Indonesia asli. Bukti yang menguatkan pendapat ini adalah nama ‘Kundungga’ yang adalah nama asli Indonesia.
2. Asmawarman, yaitu anak dari Raja Kundungga. Disebutkan oleh para ahli sejarah bahwa pada masa pemerintahan Asmawarman inilah terjadi percampuran kebudayaan dengan budaya Hindu. Bukti yang menguatkan anggapan dimaksud adalah penggunaan kata ‘warman’ sebagai akhiran dari nama pewaris tahta. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta yang, pada saat itu, umum digunakan oleh penduduk India bagian selatan.
3. Mulawarman, merupakan anak dari Raja Asmawarman yang pernah memerintah di masa keemasan Kerajaan Kutai. Namanya disebut dalam Prasasti Yupa karena kedermawanannya.
Selain menyebutkan tentang sejarah pemerintahan di kerajaan tersebut, secara garis besar prasasti Yupa juga mendokumentasikan sejarah tentang beberapa hal sebagai berikut :
1. Kehidupan politik
Disebutkan bahwa Kutai adalah kerajaan ternama dengan batas wilayah yang sangat luas. Raja pertamanya, Kundungga, memiliki putra yang mewarisi ketegasan, kekuatan, dan kesabaran raja. Setiap kegiatan yang dilakukan selalui didahului dengan ritual atau upacara keagamaan. Beberapa di antaranya adalah Bahu Suwarnakam yang dilakukan sebagai ritual kelahiran pewaris tahta dan Aswamedha untuk menentukan tapal batas kerajaan.
2. Kehidupan sosial
Disebutkan bahwa pada abad 4 M, masyarakat telah menerima pengaruh dari India yaitu agama Hindu. Pengaruh ini memberikan dampak positif kepada tatanan kehidupan masyarakat serta struktur pemerintahan yang lebih baik.
3. Kebudayaan
Perkembangan kebudayaan dari masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan atau agama yang mereka anut. Prasasti Yupa merupakan hasil budaya masyarakat Kutai. Prasasti itu berupa sebuah tiang batu untuk mengikat korban yang akan dipersembahkan. 
Diketahui bahwa bentuk prasasti ini adalah warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalithikum, yaitu kebudayaan menhir. Salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan kata ‘Vaprakecvara’. 
Vaprakecvara adalah sebuah lapangan luas tempat pemujaan Dewa Siwa. Ini menunjukan bahwa agama Hindu yang dianut adalah Hindu Siwa. Dugaan tersebut didukung pula oleh besarnya pengaruh Kerajaan Pallawa yang beragama Hindu Siwa dan peranan brahmana di Kerajaan Kutai yang cukup besar seperti halnya peranan brahmana dalam agama Hindu Siwa.
Kerajaan Kutai runtuh saat raja terakhir yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerajaan Kutai selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar