Sabtu, 23 Juli 2016

INTERAKSI ANTARA MASYARAKAT DENGAN TRADISI HINDU-BUDDHA 

Hubungan dagang antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, baik bercorak Hindu maupun Buddha. Bagaimanakah interaksi masyarakat dengan tradisi Hindu-Buddha tersebut? Mari simak bahasan berikut.
Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai interaksi masyarakat dengan tradisi Hindu-Buddha.


Hubungan dagang antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, baik bercorak Hindu maupun Buddha. Oleh karena itu, pusat-pusat peradaban Hindu-Buddha banyak ditemukan di wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari jalur perdagangan kuno antara Cina dan India.
Pada awalnya, jalur perdagangan antara India dan Cina melewati Selat Malaka, namun ada juga di antara mereka yang menyusuri sepanjang pantai Pulau Sumatera, pantai utara Jawa, pantai timur Kalimantan, dan terus ke Cina. Kawasan yang dilalui jalur perdagangan internasional seperti Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan mempunyai kegiatan perdagangan yang ramai sehingga mengakibatkan kebudayaan Hindu-Buddha yang tumbuh dengan subur kawasan tersebut.
Dalam perkembangan kehidupan masyarakat Nusantara, ketika terjalin hubungan dagang antara India, Cina, dan Indonesia, terjadilah akulturasi budaya. Akulturasi budaya Hindu-Buddha dengan budaya asli Nusantara secara damai melahirkan budaya baru yang disebut budaya Hindu-Buddha Nusantara.
1) Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha terhadap Seni Bangunan
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat terlihat jelas pada keberadaan berbagai candi. Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam. Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau abu jenazah dikuburkan dalam candi. Benda yang dikuburkan atau dicandikan adalah macam-macam benda yang disebut pripih dan dianggap sebagai lambang zat jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya. Pripih diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya adalah Siwa atau lambang Siwa, yaitu lingga.
2) Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha terhadap Seni Rupa
Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Pola hiasan lainnya berupa dedaunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang horizontal maupun vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah (padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak dibedakan berdasarkan warna, melainkan detil bentuknya yang berbeda. Khususnya pada dinding candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam beringin) yang diapit oleh dua ekor hewan atau sepasang kenari.
3) Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha terhadap Seni Sastra
Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan mempengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan Ramayana.
Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian yang digubah dalam bentuk syair. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa.
Kitab Ramayana terdiri atas tujuh jilid (kanda) dan digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi perjuangan Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), yang diculik oleh Rahwana.
4) Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha terhadap Sistem Pemerintahan
Salah satu contoh nyata pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah perubahan sistem pemerintahan. Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, struktur sosial asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan pimpinannya ditunjuk atas prinsip primus inter pares (musyawarah di antara sesama berdasarkan kelebihan yang dimiliki).
Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan, dimana kepemimpinan diwariskan kepada keturunan raja. Raja dan keluarganya pun membentuk kalangan yang disebut ‘bangsawan’.
5) Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha terhadap Sistem Kepercayaan
Pada saat budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi, agama Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah. Penyebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan. Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar