Kamis, 28 Juli 2016

Kerajaan Sunda

KERAJAAN SUNDA 

Kerajaan Sunda diyakini sebagai pengganti dari Kerajaan Tarumanegara. Apakah corak kepercayaan di masyarakat Kerajaan Sunda? Apa saja sumber sejarah dari kerajaan ini? Berikut penjelasannya.

Didirikan oleh raja pertamanya, Tarusbawa, pada tahun 669 M, Kerajaan Sunda diyakini berdiri di wilayah yang saat ini menjadi Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah. Menurut naskah Wangsakerta, Kerajaan Sunda merupakan pengganti dari Kerajaan Tarumanegara, memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, serta berbatasan dengan Kali Brebes dan Kali Serayu.

Tarusbawa, raja pertama Kerajaan Sunda, adalah menantu dari Raja Linggawarman, raja terakhir Tarumanegara. Kerajaaan Sunda bercorak Hindu, walaupun juga sedikit dipengaruhi unsur Buddha.
Kerajaan Sunda menjalin hubungan dagang dengan bangsa Eropa seperti Inggris, Perancis, dan Portugis. Pada tahun 1522, Kerajaan Sunda diyakini menyepakati perjanjian dengan bangsa Portugis sehingga memperkenankan pembangunan benteng dan gudang Portugis di Pelabuhan Sunda Kelapa. Sebagai balas jasa, Portugis memberikan bantuan militer kepada Kerajaan Sunda untuk menghadapi serangan dari Demak dan Cirebon.
Dengan luas wilayah mencakup sepertiga Pulau Jawa, raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Sunda memberikan perhatian yang cukup terhadap kehidupan sosial dan ekonomi rakyat. Kerajaan Sunda sendiri memiliki beberapa pelabuhan penting seperti, Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa, dan Cimanuk. Di kota-kota pelabuhan tersebut banyak dijumpai kegiatan perdagangan yang melibatkan bangsa asing, dengan komoditas dagang seperti lada, beras, sayuran, dan banyak lagi lainnya. Rakyat di Kerajaan Sunda juga melakukan pertanian walaupun dengan aktivitas yang tidak menetap. Hal yang wajar mengingat pusat dari Kerajaan Sunda juga kerap berpindah mengingat luasnya wilayah kerajaan.
Dalam perkembangan Kerajaan Sunda, salah satu perang terbesar yang pernah dialami adalah dengan kerajaan Majapahit. Perang ini disebut juga dengan ‘Perang Bubat’ dan terjadi di masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Dalam pertempuran ini, Kerajaan Sunda mengalami kerugian yang sangat besar dengan tewasnya sebagian besar prajurit kerajaan di wilayah Majapahit. Perang lainnya adalah dalam mempertahankan Pelabuhan Sunda Kelapa dari serangan tentara Kerajaan Islam di Banten. Pada saat itu, pengaruh Islam di Kerajaan Sunda banyak dijumpai di wilayah Cirebon.
Untuk menahan gempuran dari Kerajaan Islam, Kerajaan Sunda mengirimkan Surawisesa ke Malaka untuk meminta bantuan Portugis. Namun, bantuan ini tidak dapat berbuat banyak untuk membantu Kerajaan Sunda mempertahankan wilayah Sunda Kelapa. Buruknya kepemimpinan raja sehingga dijauhi rakyat adalah salah satu penyebab yang turut melemahkan Kerajaan Sunda. Pada abad ke-16, setelah serangan yang bertubi-tubi, Kerajaan Islam Banten berhasil mengambil alih Pelabuhan Sunda Kelapa, sekaligus memutus hubungan kerajaan ini dengan dunia luar.
Luasnya wilayah kerajaan dan berpindah-pindahnya pusat kerajaan menjadikan dokumentasi tentang sejarah Kerajaan Sunda terbilang sangat minim. Sumber sejarah kebanyakan berasal dari catatan perjalanan bangsa lain yang melakukan kontak dagang di pelabuhan kota. Beberapa sumber sejarah kerajaan, antara lain:
1. Prasasti Canggal, tahun 732 M, yang menjelaskan peperangan antara Sanjaya yang adalah raja Mataram, menantu dari Tarusbawa, raja Sunda untuk menggempur Kerajaan Galuh.
2. Naskah Kuno Bujangga Manik, yang mengisahkan tentang perjalanan seorang pendeta Hindu-Sunda yang mengunjungi berbagai tempat suci di Jawa dan Bali sehingga, secara tak langsung, memperjelas batas wilayah Kerajaan Sunda.
3. Suma Oriental, catatan perjalanan dari Tome Pires yang menerangkan tentang batas wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda.
4. Naskah Wangsakerta, menerangkan tentang wilayah Kerajaan Sunda dan perkawinan antara anggota kerajaan Sunda dengan bangsawan Kerajaan Lampung untuk memperluas wilayah kekuasaan.
5. Kitab Negarakertagama, menyebutkan bahwa setelah Kertanegara menaklukkan Bali maka seluruh kerajaan di Jawa juga bertekuk lutut, termasuk Kerajaan Sunda.
6. Candi Cangkuang, dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yakni Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi, dan Gunung Guntur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar